DILARANG JATUH CINTA

Senin, 15 November 2010

Festifal Drama

Nama         : Sunartin
Stambuk     : A1D1 07 065
Mata Kuliah     : Praktek Jurnal


        Selama ini kita sering mendengar istilah sastra, lalu apa sebenarnya pengertian sastra itu ? Sastra adalah kata serapan dari bahasa sanskarta sastra yang berarti “teks”  yang mengandung intruksi atau pedoman dari kata dasar sas yang berarti intruksi atau ajaran. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusastraan. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang mengeluti sastrawi. Selain itu dalam arti kesusastraan sastra dapat dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan. Disini sastra tidak hanya berhubungan dengan tulisan tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
          Jadi disini kita akan berbicara dari salah satu kategori sastra yaitu “drama” tanggal 26 Oktober 2010 tepatnya hari selasa di taman budaya diadakan kegiatan festifal drama pelajar se-Sulawesi Tenggara yang berlangsung selama 2 hari yang dihadiri oleh beberapa kalangan anak-anak, remaja, bahkan orang tua untuk meramaikan kegiatan bulan bahasa.
         Sebelum melangkah lebih jauh tentang drama yang diikuti SMP Negeri 4 Bau-Bau dengan judul manusia berkulit dua terlebih dahulu penulis akan menguraikan beberapa pendapat dari sutradara.
       Tujuan diadakan kegiatan festifal drama pelajar se-Sulawesi Tenggara untuk mendorong dan mengembangkan budaya dalam daerah. Sesungguhnya Sulawesi Tenggara memiliki kekayaan budaya yang melimpah, sehingga agar budaya-budaya tesebut tidak akan pernah punah harus sering diadakan kegiatan festifal drama seperti yang diadakan pada saat ini. Selain itu juga generasi penerus budaya akan tetap dilestarikan dan wadah kreatifitas yang menciptakan karya seni dalam daerah akan terwujud adanya disamping itu juga untuk mengembangkan dan menggali minat bakat siswa untuk budaya-budaya daerah.
        Sebenarnya banyak siswa yang berpotensi dan antusias khususnya dalam bidang suatu karya seni budaya tapi karena terbatasi oleh jumlah sehingga yang ikut ambil dalam kegiatan ini hanya mereka yang masuk seleksi. Keberhasilan kegiatan ini berkat kerja sama antar siswa dan dukungan Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Bau-Bau beserta Dinas Pendidikan dan Pemerintah Kota Bau-Bau serta kerja sama antar guru-guru.
        Watak tokoh drama yang berjudul “Manusia berkulit dua” yang di perankan oleh Muhammad Sawal yang mempunyai kulit cacat sehingga tidak disukai banyak orang dan di jauhi masyarakat dia orangnya penyabar tidak putus asa walaupun dihina oleh masyarakat karena mempunyai kulit busuk. Ia tetap ikut saembara untuk mendapatkan lender dari siput raksasa. Rizal sebagai raja watak tegas dan bijaksana. Perasaan keduanya pada saat mementaskan drama ini yang disadur dalam sebuah cerita perasaan keduanya ada sedikit perasaan deg-deg’gan dan ada juga rasa bangga karena bisa tampil di kegiatan seperti ini dan bagi mereka mempunyai makna tersendiri khususnya SMP Negeri 4 Bau-Bau. 




Jumat, 12 November 2010

Komentar Pemain Drama tentang Acara Festival Drama Pelajar Se-Sultra

Nama    : Rayan  Fitrah  Munajat
Stb    :  A1 D1 07 001

Berbicara mengenai festival bukan hal yang asing lagi. Pasti akan ada perlombaan yang akan dilaksanakan untuk memeriahkan acara tersebut. Tepat pada tanggal 26-27 Oktober 2010 diselenggarakan Kegiatan Festival Drama Se-Sultra. Acara tersebut diadakan di taman budaya.
Sungguh menegangkan keberadaan taman budaya. Dari luar sudah tampak pekarangannya yang tidak terurus . Penuh dengan rerumputan yang tinggi dan gedungnya sudah tampak tua. Sejauh mata memandang tidak ada kesan yang terpatri bahwa inilah taman budaya. Ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Saat masuk dalam aula lebih tragis. Suasana agak gelap dan menyesakkan dada. Bukan hanya itu tempat duduk beralaskan koran sambil menunggu acara dimulai. Penonton terus berdatangan, ruangan tampak padat dan tempat duduk yang terbatas. Terpaksa harus berdiri.
      Sebuah tempat harus mendukung berlangsungnya acara. Hal ini sangat diprioritaskan untuk kenyamanan penyelenggara maupun pendukung acara tersebut. Sesuai fenomena yang dilihat, taman budaya sudah tidak luwes diselenggarakan kegiatan. Seharusnya hal seperti ini perlu ditinjau oleh pemerintah untuk melakukan pembaharuan. Taman budaya merupakan tempat yang penting untuk diperhatikan. Bukan hanya diabaikan begitu saja, tetapi sebagai tanggungjawab bersama terutama pemerintah. Sebab di tempat inilah sebuah kegiatan diselenggarakan seperti acara Festival Drama Pelajar Se-Sultra maupun kegiatan lain.
    Acara Festival Drama Pelajar Se-Sultra ada 10 sekolah yang terlibat yakni SMAN I Kendari, SMAN 4 Kendari, SMAN 2 Bau-Bau, SMPN 4 Bau-Bau, SMKN 3 Kolaka, SMAN I Rumbia, SMPN 9 Kendari, SMPN 2 Kolaka, SMPN 3 Lambuya dan SMPN 3 Bau- Bau. Di samping itu pula kegiatan ini bekerja sama dengan kantor bahasa dan disponsori oleh telkomsel.
    Acara yang sempat ditonton pada kegiatan itu adalah pementasan drama dari SMPN 4 Bau-Bau. Sebagai juri dari kegiatan ini adalah bapak Ahid Hidayat, Syaifudin Gani dan Ahmad Zein. Para juri ini memang berkecimpung dalam bidangnya yaitu sastra. Tentunya dalam memberikan nilai akan sesuai dengan tampilan maksimal dalam pertunjukkan tersebut.
    Pementasan drama dari SMPN 4 Bau-Bau dengan tema “ Berkulit Dua “. Hal ini tentunya sungguh menarik terutama dari kalangan pelajar. Wilhada Wirodia ( siswi SMPN 4 ) salah satu pemain drama berperan sebagai putri raja. Dia begitu bangga, karena perannya sebagai putri raja. Sehubungan dengan itu, melakoni sebuah peran dalam sebuah pertunjukkan butuh keseriusan yang maksimal agar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu, dari rombongan SMPN 4 Bau-Bau melakukan latihan selama 1 bulan. Dalam melakukan latihan tentunya pasti akan banyak hal-hal yang akan dipersiapkan.
Melakukan sesuatu karena hobby akan terasa asyik, tutur Wilhada Wirodia. Kegiatan seperti ini ia begitu suka. Dengan kegiatan seperti ini akan terjalin persatuan yang erat antarsatu sama lain. Di samping itu pula akan saling mengenal dengan sekolah yang lain. Dari drama yang dipertunjukkan dengan tema “ Berkulit Dua “ ada hikmah yang dapat dipetik yang berkaitan dengan kehidupan bahwa jangan memandang seseorang dari fisiknya saja. Namun, pandanglah seseorang dari akhlak dan ketulusan hatinya dalam berbuat.
Dengan demikian, acara festival seperti ini akan menumbuhkan talenta dan wawasan yang lebih luas bagi pelajar. Jika ditelusuri lebih jauh kegiatan ini akan memotivasi semua pelajar bahwa sastra relevan dengan kehidupan.

BAGAIMANA NAFAS SASTRA (DRAMA) KITA?

NAMA              : JUMRAWATI
STAMBUK       : A1D1 07 103
TUGAS MID    : M.K. PRAKTIK JURNALISTIK

Pernakah kita berpikir tentang begaimana kehidupan sastra di sekolah? Jika ya, apakah kehidupannya baik-baik saja atau malah sedang sekarat? Lalu bagaimana jika tidak ada lagi harapan untuk mempertahankannya? Apa yang harus kita lakukan sebagai seorang yang mencintai sastra? Deretan pertanyaan tersebut, merupakan sebagian kecil dari masalah yang dihadapi dalam mempertahankan nafas sastra di kalangan para pendidik dan terdidik.
Seperti yang dilakukan oleh Kantor Bahasa dan Sastra Indonedia cabang Sulawesi Tenggara (SULTRA) beberapa waktu lalu. Pada hari selasa, 26 Oktober 2010, bertempat di aula Taman Budaya, Kendari, telah diadakan salah satu kegiatan yang dapat mempertahankan nafas sastra (drama khususnya). “Festival Drama Pelajar SULTRA 2010,” ini merupakan suatu kegiatan yang dapat memotivasi kecintaan dan kreativitas siswa tentang sastra.
Menurut informasi yang didapatkan, kegiatan ini diikuti oleh sepuluh peserta dari SMA dan SMP masing-masing kabupaten di seluruh SULTRA. Adapun sekolah yang dimaksud adalah SMAN 1 Kendari, SMAN 4 Kendari, SMAN 2 Bau-Bau, SMAN 1 Rumbia, SMKN 1 Kolaka, SMPN 9 Kendari, SMPN 4 Bau-Bau, SMPN 2 Kolaka, SMPN 3 Lambuya dan, SMPN 3 Bau-Bau. Kesepuluh peserta tersebut masih berupa sampel.
Kegiatan ini hanya berlangsung selama dua hari (26 – 27 Oktober 2010). Pada pembukaan kegiatan,  Gubernur SULTRA yang diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata SULTRA, menyampaikan sambutannya tentang pengadaan kegiatan ini. Beliau mengatakan bahwa kegiatan ini dapat memotivasi apresiasi drama terhadap siswa serta merangsang kecintaan siswa terhadap drama.
Kembali ke persoalan sebelumnya. Mungkin untuk sebagian orang bahwa sastra dalam hal ini drama, tidaklah terlalu penting keberadaannya. Hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab mengapa pembelajaran sastra di sekolah tidaklah maksimal. Kegiatan yang dilakukan oleh Kantor Bahasa dan Sastra Indonesia SULTRA kali ini, jika diibaratkan adalah sebuah oase di tengah padang pasir.
Pernah terpikir bahwa bagaimana drama teater terbentuk. Tanpa menyangkutpautkan dengan perintis pertama teater, bahwa drama di bumi mulai ada sejak Adam dan Hawa diciptakan. Semua kehidupan yang dialami oleh manusia merupakan skenario yang telah disusun oleh Tuhan. Bedanya dengan skenario yang dibuat oleh manusia, adalah bahwa Tuhan membiarkan kita memilih peran masing-masing. Apakah kita memilih menjadi penjahat, penyair, seniman, pemimpin, dan sebagainya, itu adalah pilihan kita. Maka yang menjadi urusan Tuhan adalah jalan yang akan didapatkan dari peran kita masing-masing, atau yang biasa kita sebut dengan takdir.
Mungkin pernyataan di atas sedikit membingungkan. Tidak perlu dipikirkan terlalu mendalam. Itu hanyalah beberapa kalimat yang mungkin dapat memberi kita alasan bahwa, kita tidak memiliki alasan apapun untuk menyepelehkan apalagi menolak drama. Karena begitu kita telah diputuskan untuk hidup sementara di bumi, maka kita telah menerima peran kita sebagai manusia.
Dengan demikian, tidak perlu lagi ada kontroversi. Apakah sastra (drama) penting diajarkan kepada siswa atau tidak, itu adalah salah satu pilihan yang telah Tuhan siapkan. Maka, tentukan pilihanmu dan jangan pernah menyesal.