DILARANG JATUH CINTA

Jumat, 12 November 2010

BAGAIMANA NAFAS SASTRA (DRAMA) KITA?

NAMA              : JUMRAWATI
STAMBUK       : A1D1 07 103
TUGAS MID    : M.K. PRAKTIK JURNALISTIK

Pernakah kita berpikir tentang begaimana kehidupan sastra di sekolah? Jika ya, apakah kehidupannya baik-baik saja atau malah sedang sekarat? Lalu bagaimana jika tidak ada lagi harapan untuk mempertahankannya? Apa yang harus kita lakukan sebagai seorang yang mencintai sastra? Deretan pertanyaan tersebut, merupakan sebagian kecil dari masalah yang dihadapi dalam mempertahankan nafas sastra di kalangan para pendidik dan terdidik.
Seperti yang dilakukan oleh Kantor Bahasa dan Sastra Indonedia cabang Sulawesi Tenggara (SULTRA) beberapa waktu lalu. Pada hari selasa, 26 Oktober 2010, bertempat di aula Taman Budaya, Kendari, telah diadakan salah satu kegiatan yang dapat mempertahankan nafas sastra (drama khususnya). “Festival Drama Pelajar SULTRA 2010,” ini merupakan suatu kegiatan yang dapat memotivasi kecintaan dan kreativitas siswa tentang sastra.
Menurut informasi yang didapatkan, kegiatan ini diikuti oleh sepuluh peserta dari SMA dan SMP masing-masing kabupaten di seluruh SULTRA. Adapun sekolah yang dimaksud adalah SMAN 1 Kendari, SMAN 4 Kendari, SMAN 2 Bau-Bau, SMAN 1 Rumbia, SMKN 1 Kolaka, SMPN 9 Kendari, SMPN 4 Bau-Bau, SMPN 2 Kolaka, SMPN 3 Lambuya dan, SMPN 3 Bau-Bau. Kesepuluh peserta tersebut masih berupa sampel.
Kegiatan ini hanya berlangsung selama dua hari (26 – 27 Oktober 2010). Pada pembukaan kegiatan,  Gubernur SULTRA yang diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata SULTRA, menyampaikan sambutannya tentang pengadaan kegiatan ini. Beliau mengatakan bahwa kegiatan ini dapat memotivasi apresiasi drama terhadap siswa serta merangsang kecintaan siswa terhadap drama.
Kembali ke persoalan sebelumnya. Mungkin untuk sebagian orang bahwa sastra dalam hal ini drama, tidaklah terlalu penting keberadaannya. Hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab mengapa pembelajaran sastra di sekolah tidaklah maksimal. Kegiatan yang dilakukan oleh Kantor Bahasa dan Sastra Indonesia SULTRA kali ini, jika diibaratkan adalah sebuah oase di tengah padang pasir.
Pernah terpikir bahwa bagaimana drama teater terbentuk. Tanpa menyangkutpautkan dengan perintis pertama teater, bahwa drama di bumi mulai ada sejak Adam dan Hawa diciptakan. Semua kehidupan yang dialami oleh manusia merupakan skenario yang telah disusun oleh Tuhan. Bedanya dengan skenario yang dibuat oleh manusia, adalah bahwa Tuhan membiarkan kita memilih peran masing-masing. Apakah kita memilih menjadi penjahat, penyair, seniman, pemimpin, dan sebagainya, itu adalah pilihan kita. Maka yang menjadi urusan Tuhan adalah jalan yang akan didapatkan dari peran kita masing-masing, atau yang biasa kita sebut dengan takdir.
Mungkin pernyataan di atas sedikit membingungkan. Tidak perlu dipikirkan terlalu mendalam. Itu hanyalah beberapa kalimat yang mungkin dapat memberi kita alasan bahwa, kita tidak memiliki alasan apapun untuk menyepelehkan apalagi menolak drama. Karena begitu kita telah diputuskan untuk hidup sementara di bumi, maka kita telah menerima peran kita sebagai manusia.
Dengan demikian, tidak perlu lagi ada kontroversi. Apakah sastra (drama) penting diajarkan kepada siswa atau tidak, itu adalah salah satu pilihan yang telah Tuhan siapkan. Maka, tentukan pilihanmu dan jangan pernah menyesal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar